Harga HP Android Diperkirakan Naik pada 2026, Industri Masuk Periode Penyesuaian Besar

Harga ponsel Android diproyeksikan akan mengalami kenaikan pada 2026. Sejumlah analis industri menilai kondisi ini sebagai bagian dari proses penyesuaian besar yang tengah terjadi di sektor teknologi global. Kenaikan harga bukan hanya dipicu oleh satu komponen, tetapi merupakan akumulasi dari tekanan biaya produksi, perubahan prioritas industri, dan tuntutan teknologi yang semakin tinggi.

Selama satu dekade terakhir, industri smartphone menikmati fase pertumbuhan yang relatif stabil. Produsen mampu menawarkan peningkatan spesifikasi dari tahun ke tahun tanpa kenaikan harga yang signifikan. Namun, pola tersebut dinilai mulai bergeser. Biaya produksi kini bergerak lebih cepat dibandingkan kemampuan produsen untuk menekan harga.

Struktur Biaya Smartphone Berubah

Smartphone Android modern memiliki struktur biaya yang jauh lebih kompleks dibandingkan beberapa tahun lalu. Perangkat tidak lagi sekadar mengandalkan layar dan prosesor, tetapi juga sistem kamera berbasis komputasi, kecerdasan buatan, serta dukungan perangkat lunak jangka panjang.

Komponen seperti RAM, chipset, dan penyimpanan kini menjadi elemen inti yang menentukan performa dan umur pakai perangkat. Ponsel kelas menengah saat ini umumnya dibekali RAM 8 GB hingga 12 GB agar mampu menjalankan sistem dan aplikasi terbaru dengan lancar.

Kebutuhan spesifikasi tinggi ini membuat ruang kompromi semakin sempit. Produsen sulit menurunkan spesifikasi tanpa berisiko menurunkan kualitas pengalaman pengguna.

AI Mengubah Arah Investasi Industri Teknologi

Salah satu faktor utama yang memengaruhi kenaikan biaya produksi smartphone adalah perubahan arah investasi industri teknologi global. Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan menjadi fokus utama pengembangan teknologi.

Perusahaan seperti Google, Meta, Amazon, Nvidia, dan OpenAI mengalokasikan investasi besar untuk membangun pusat data dan infrastruktur AI. Proyek-proyek ini membutuhkan RAM dan chip penyimpanan dalam jumlah sangat besar dan bersifat jangka panjang.

Dampaknya terasa langsung pada industri smartphone. Komponen yang sebelumnya tersedia relatif stabil kini harus dibagi dengan sektor AI yang memiliki skala dan daya beli jauh lebih besar.

Produsen Memori Prioritaskan Pasar Skala Besar

Menghadapi lonjakan permintaan dari pusat data, produsen memori global seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron menyesuaikan prioritas pasokan. Pasar enterprise dinilai lebih menarik karena kontraknya besar, jangka panjang, dan memberikan margin keuntungan lebih stabil.

Sebaliknya, pasar smartphone dikenal sangat kompetitif dan sensitif terhadap harga. Perubahan prioritas ini menyebabkan pasokan RAM untuk perangkat konsumen menjadi lebih terbatas.

Kelangkaan tersebut kemudian mendorong kenaikan harga memori secara global, termasuk untuk kebutuhan smartphone.

Harga RAM Melonjak di Atas Tren Normal

Dalam beberapa bulan terakhir, harga DRAM dilaporkan naik signifikan. Media industri dari Korea Selatan mencatat kenaikan harga berada di kisaran 70 hingga 80 persen. Pada beberapa kontrak tertentu, lonjakan harga bahkan dilaporkan melebihi 170 persen.

Meski RAM hanya menyumbang sekitar 10 sampai 15 persen dari total biaya produksi smartphone, kenaikan harga yang ekstrem tetap memberikan tekanan besar. Produsen ponsel kelas menengah menjadi pihak yang paling terdampak karena margin keuntungan di segmen ini relatif tipis.

Kondisi tersebut membuat produsen harus meninjau ulang strategi penetapan harga dan spesifikasi.

Chipset Kelas Atas Ikut Mendorong Kenaikan

Tekanan biaya tidak berhenti pada memori. Chipset kelas atas juga dilaporkan mengalami kenaikan harga. Qualcomm disebut menaikkan harga Snapdragon 8 Elite Gen 5 yang diproyeksikan menjadi prosesor utama ponsel Android flagship pada 2026.

Kenaikan harga chipset ini diperkirakan mencapai sekitar 20 persen dibandingkan generasi sebelumnya. Harga per unitnya disebut mendekati 190 dollar AS atau sekitar Rp 3,1 juta.

Sebagai salah satu komponen termahal dalam smartphone, kenaikan harga chipset memiliki dampak langsung terhadap harga jual perangkat, terutama di segmen premium.

Dampak Berantai ke Industri Elektronik

Tekanan pada pasokan RAM dan chipset tidak hanya dirasakan oleh industri smartphone. Pasar PC juga dilaporkan mulai mempertimbangkan kenaikan harga di kisaran 15 hingga 20 persen akibat mahalnya memori.

Produk komputasi kecil seperti Raspberry Pi turut terdampak karena bergantung pada pasokan RAM yang sama. Selain itu, perangkat hiburan seperti konsol game dan televisi juga diperkirakan akan mengalami penyesuaian harga secara bertahap.

Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan rantai pasok bersifat lintas industri dan tidak terbatas pada smartphone.

Produsen Hadapi Pilihan Sulit pada 2026

Sepanjang 2025, banyak produsen ponsel masih berusaha menahan harga dengan memangkas margin keuntungan dan melakukan efisiensi internal. Namun, strategi tersebut dinilai semakin sulit dipertahankan.

Memasuki 2026, produsen diperkirakan akan mengambil langkah yang lebih terasa oleh konsumen. Beberapa di antaranya adalah menahan peningkatan spesifikasi, mengurangi fitur tertentu, atau membatasi insentif seperti diskon dan program tukar tambah.

Langkah-langkah ini diambil untuk menjaga keseimbangan antara harga jual dan biaya produksi.

Tantangan AI di Perangkat dan Dukungan Jangka Panjang

Di sisi lain, tuntutan teknologi justru semakin tinggi. Fitur AI yang berjalan langsung di perangkat membutuhkan RAM dan penyimpanan besar agar dapat berfungsi optimal.

Selain itu, kebijakan dukungan perangkat lunak hingga tujuh tahun memaksa produsen menggunakan komponen dengan kualitas dan daya tahan lebih tinggi. Komponen semacam ini memiliki harga lebih mahal sejak awal produksi.

Konsumen Perlu Menyesuaikan Harapan

Analis memperkirakan harga rilis ponsel flagship pada 2026 masih akan dijaga agar tidak melonjak tajam. Namun, konsumen berpotensi kehilangan berbagai insentif yang selama ini umum ditawarkan.

Segmen ponsel kelas menengah diprediksi menjadi yang paling cepat terdampak, baik dari sisi harga maupun laju peningkatan spesifikasi.

Bagi konsumen, kondisi ini menandai perubahan arah pasar smartphone Android. Ponsel pada 2026 berpotensi lebih mahal, dengan peningkatan yang tidak selalu sebanding. Jika tekanan pasokan RAM dan chipset tidak mereda, tren kenaikan harga ini diperkirakan akan menjadi bagian dari dinamika baru industri smartphone global.